PENGARUH
KOLESTEROL TERHADAP PENYAKIT JANTUNG KORONER
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Teknologi Informasi
Dosen
Pengampu:
Disusun Oleh
Iga
Ayu Saputri
22020116130090
A.16.2
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPARTEMEN
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2017
Penyakit jantung merupakan penyakit yang sangat
menakutkan. Saat ini penyebab kematian utama di Indonesia adalah penyakit
jantung. Penyakit jantung muncul karena gangguan pada sistem pembuluh darah
berupa tersumbatnya pembuluh arteri, yang
akan mengakibatkan distribusi oksigen dan nutrisi ke jantung menjadi
terhambat (Soeharto, 2004).
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di
dalam diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol yang
berlebihan dalam darah dapat menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah
jantung dan otak. Darah mengandung kolesterol, yaitu 80 % kolesterol darah
tersebut di produksi oleh tubuh sendiri dan hanya 20% yang berasal dari
makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL
(High Density Lipoprotein) dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).
Kolesterol LDL yang jumlahnya berlebihan di dalam darah, akan diendapkan pada dinding pembuluh darah
dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Sedangkan kolesterol HDL, mempunyai fungsi
membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. (Siswono, 2006).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah (sekitar 40 mg/dL atau lebih) baik untuk kesehatan. Sebaliknya,
kadar LDL yang tinggi (100 mg/dL atau lebih) merupakan pertanda buruk.
Penumpukan LDL pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan pengerasan dinding
pembuluh darah dapat menimbulkan pengerasan dinding pembuluh darah
(artherosklerosis) dan menyumbat aliran darah yang bisa berakibat fatal karena
memicu terjadinya berbagai penyakit.
Hal ini didukung penelitian Muryati,2008 tentang hubungan asupan lemak
dengan kadar kolesterol total pada penderita penyakit jantung koroner terdapat
hubungan asupan lemak dengan kadar kolesterol total yaitu dengan menggunakan
uji statitstik iperoleh p-value = 0,006 < 0,05.
Salah satu
penyebab meningkatnya kadar kolesterol darah adalah pola konsumsi makanan yang
mengandung lemak.
Berdasarkan penelitian
Septianggi dkk (2013) terdapat hubungan positif antara asupan lemak dengan kadar
kolesterol total pada pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini didukung oleh Malaeny, dkk tahun 2016 yang
melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total dengan
kejadian penyakit jantung koroner. Pada penelitian ini menunjukkan kadar
kolesterol total p = 0,004 dengan penyakit jantung koroner α = 0,05.
Tabel 1. Hubungan Kadar Kolesterol Total dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner
|
Total
|
OR
|
P
|
|||
Akut
|
Kronik
|
|||||
Kadar Kolesterol Total
|
Kolesterol
Normal
|
10
23,3%
|
5
11,6%
|
15
34,9%
|
9,200
|
0,004
|
Kolesterol
Tinggi
|
5
11,6%
|
23
53,5%
|
28
65,1%
|
|||
Total
|
15
34,9%
|
28
65,1%
|
43
100%
|
Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan aliran
darah menjadi kental sehingga oksigen dalam darah menjadi berkurang. Gejala
yang timbul dari hiperkolesterol biasanya sama dengan gejala kurang oksigen
seperti sakit kepala dan pegal-pegal. Banyak juga di antara orang-orang yang
mengalami kolesterol tinggi tanpa gejala. Inilah mengapa disarankan agar setiap
orang melakukan check up minimal satu kali dalam satu tahun untuk mengetahui
kadar kolesterolnya. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui hiperkolesterol
sedini mungkin sehingga dapat mencegah penyakit yang diakibatkannya. Apabila
kolesterol tidak normal pembuluh darah akan terganggu akibat
kolesterol dan menyebabkan
penyakit jantung dan stroke.
Menurut American National Health and Nutrition
Examination Surveys (NHANES) lebih dari 24.000 orang mempunyai kadar lipid
abnormal pada rentang tahun 1960 sampai 2002, dan lebih dari 37.000 pada
rentang tahun 1988 sampai 2010. Penggunaan obat penurun kadar lipid telah
meningkat sejak tahun 1980-an dan menunjukkan hasil yang lebih baik pada tahun
2007-2010 yaitu penurunan lipid sebanyak 42.0% pada laki-laki dan 38,3%
perempuan (Wilson, Peter, 2016).
Pasien dengan LDL-C rendah, HDL-C rendah, dan trigliserida tinggi lebih mungkin terjadi dibandingkan pasien dengan peningkatan LDL-C yang terisolasi untuk memiliki karakteristik lain dari sindrom metabolik, telah meningkatkan risiko kejadian penyakit jantung koroner pada plasebo, dan mendapat manfaat lebih besar dengan terapi simvastatin dengan ditunjukkan hasil p=0,03 setelah melakukan terapi simvastin (Ballantyne, dkk, 2001).
Terapi yang menggunakan obat atorvastatin menunjukkan
bahwa dengan menggunakan obat atorvastatin
80mg secara signifikan mengurangi tingkat kardiovaskuler mayor sebanyak 25%.
Hal ini menunjukkan secara signifikan menurunkan kadar kolesterol LDL dinilai
paling efektif untuk menyembuhkan penyakit jantung koroner dan diabetes dengan
ditunjukkan hasil p=0,037 (Shepherd, dkk, 2006)
Daftar
Pustaka
Ballantyne, Christie M, dkk.
2001. Influence of Low High-Density
Lipoprotein Cholesterol and Elevated Triglyceride on Coronary Heart Disease
Events and Response to Simvastatin Therapy in 4S. Circulation AH. ISSN 104:3046-3051.
Malaeny, Cecilia Seplin, dkk. 2017. Hubungan Lama Riwayat Rokok dan Kadar
Koleseterol Total dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik
Jantung RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. e-Jurnal Keperawatan. Vol. 5, No.
1:4-6.
Septianggi, Filandita Nur, dkk. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan Kadar Kolesterol
Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.
Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. Vol. 2, No. 2:13-14.
Shepherd, James, dkk. 2006. Effect of Lowering LDL Cholesterol
Substantially Below Currently Recommended Levels in Patients with Coronary
Heart Disease and Diabetes. Diabetes Care. Vol. 26, No. 6:1224-1225.
Wilson,
Peter W F. 2016. Changing Cholesterol
Levels and Coronary Heart Disease Risk. Circulation AH. ISSN
1524-4539:239-240.
0 komentar:
Posting Komentar